Review Film Once Upon a Time in Anatolia (2011)

⭐⭐⭐⭐

Sinopsis:

Di daerah pedesaan di sekitar kota Keskin di Anatolia, jaksa setempat, komisaris polisi, dan dokter memimpin pencarian korban pembunuhan yang diakui oleh tersangka bernama Kenan dan saudaranya yang mengalami gangguan mental. Namun, pencarian terbukti lebih sulit dari yang diharapkan karena Kenan tidak mengetahui lokasi persis mayat tersebut. Saat grup terus mencari, para anggotanya mau tidak mau mengobrol di antara mereka sendiri tentang hal-hal sepele dan kekhawatiran terdalam mereka dalam penyelidikan yang terbukti lebih daripada yang mereka harapkan.

Review/ Analisa:

Berkisah mengenai pencarian korban pembunuhan oleh seorang bernama Kenan dan saudaranya yang mengalami gangguan mental, Film ini berdurasi sekitar 2 jam lebih dengan unsur penekanan pada kondisi alam yang dingin dan padang yang luas.

Saya tidak menaruh ekspektasi yang berlebih mengenai film ini, meskipun pada awalnya saya mengira bahwasanya film ini akan memiliki pace yang lebih tegang dan berfokus pada thriller kriminal yang seringkali membuat jantung berdebar-debar karena aksinya yang menegangkan.

Nyatanya, film ini berjalan dengan pace yang lambat, akan tetapi tidak membosankan. Kita diajak untuk menyusuri tempat kejadian perkara dengan setting tempat yang begitu luas dan liar.

Kenan dan saudaranya yang mengalami gangguan mental, secara tidak sadar lupa dimana tempat ia membunuh korbannya karena dalam pengaruh minuman keras, sehingga pencarian berlangsung dari satu-tempat ke tempat lain dengan karakteristik pola tempat yang hampir mirip-mirip, yakni terdapat pepohonan dan aliran air.

Film ini menitikberatkan kepada dialektika dan kehausan psikologis yang dialami oleh para karakter yang diantaranya adalah: Inspektur polisi yang berpengalaman, Seorang Jaksa dan Seorang Dokter forensik.

Saya dapat mengatakan bahwasanya film ini mencoba untuk menyajikan pengalaman eksistensial serta perenungan akan rasionalitas yang terjadi sepanjang film, kekhawatiran-kekhawatiran minor yang dilontarkan dalam dialektika hingga menghasilkan konluksi absolut.

Selain itu, film ini secara penggambaran akan pemandangan alam, dilukiskan cukup puitis oleh sang sutradara, penekanan akan padang liar yang luas, tak ada siapapun disana dan hanya dihinggapi oleh binatang-binatang menambah nuansa keliaran daripada alam.

Unsur kultural daripada negara asal yang saya yakini merupakan Truki ini begitu indah dikemasnya, ketika para pencari mayat hinggap di sebuah desa yang letaknya tak jauh dari tempat kejadian perkara, lalu disuguhkan dengan hangat oleh sang kepala desanya.

Akhir kata, film ini bukanlah sebuah film dengan unsur sajian menggebu-gebu dan penuh dengan ketegangan, melainkan film drama kriminal yang memiliki makna mendalam perihal rasionalisasi atas tindakan serta pentingnya dialektika dalam kehidupan dan profesonalitas demi kebaikan kolektif. mungkin beberapa orang akan bosan dengan film ini yang pace nya cenderung lambat, namun bagi saya pribadi, saya menikmatinya dan mendapatkan semacam pencerahan akan makna kemanusiaan dari film ini.

Referensi:

https://letterboxd.com/film/once-upon-a-time-in-anatolia/

https://www.themoviedb.org/movie/74879-bir-zamanlar-anadolu-da/images/posters

Review Film Fiksi (2008): Batasan Kabur Fiksi dan Realita

⭐⭐⭐⭐

Sinopsis:

Berkisah mengenai seorang perempuan muda penyendiri menjadi terpikat dengan seorang penulis yang sedang berjuang untuk menyelesaikan karyanya dan berusaha untuk terlibat dalam proses kreatifnya.

Review / Analisa:

Hal pertama yang ingin saya sampaikan adalah, saya telah miskonsepsi mengira bahwa ini adalah film romantis, karena sinopsis yang disuguhkan membuat saya mengiranya seperti itu. nyatanya, film ini adalah sebuah adikarya fenomenal sinema Indonesia.

Bercerita mengenai seorang gadis penyendiri yang bernama Alisha dari keluarga kalangan atas yang hidup secara terkekang oleh kekuasaan dari Ayahnya. secara lingkungan sosial, ia memiliki rumah yang megah namun terasa sunyi.

Praktik kekuasaan Ayahnya ini membuat sifat Alisha menjadi memberontak, selain itu pula secara kebutuhan apapun yang Alisha inginkan selalu tercapai dengan mudah, tetapi kontradiksi yang terjadi adalah dalam relung jiwa Alisha, ia ingin menjadi seorang gadis mandiri tanpa bantuan kuasa dari siapapun.

Hingga suatu hari, datanglah seorang pemuda berambut gondrong bernama Bari kerumahnya. Ia bekerja sebagai asisten yang sebenarnya pekerjaannya adalah serabutan, disamping itu ia merupakan seorang penulis buntu yang ingin menyelesaikan karyanya, namun masih gamang dengan akhir dari ceritanya.

Film ini berfokus tentang bagaimana Alisha keluar dari zona nyamannya, tinggal di sebuah lingkungan baru yakni rumah susun dengan tujuan agar dapat mencari suasana baru serta membantu Bari menyelesaikan tulisannya.

Film ini dilukiskan sangat indah oleh sang sutradara, isu-isu yang cukup fundamental yakni tentang loneliness dan mental health dihadirkan di film ini, dan bagaimana dinamika selanjutnya yang terjadi.

Penggambaraan akan rumah susun tempat Alisha dan Bara tinggal sangatlah bagus, serta gaya penceritaan yang menceritakan deskripsi tingkat-tingkat di rumah susun ini dengan berbagai macam latar belakang manusianya juga bagus.

Kisah yang menarik saya adalah bagaimana bunuh diri selalu dihadirkan di film ini, seorang bapak-bapak idealis yang memilih untuk menggelar tikar di depan rumah susun dan enggan masuk dalam waktu yang cukup lama yakni bertahun-tahun, tidur di depan rumahnya karena sebelum rumah susun tersebut dibangun, itu adalah tanah miliknya dan ia tidak mendapat ganti rugi akan hal itu.

Idealisme dengan egoisme memang hal yang cukup relevan menurut saya, orang-orang idealis adalah orang-orang yang berpegang teguh pada prinsip mereka, meskipun realita yang menjadi bayarannya.

Kembali ke substansi film yakni Alisha dan Bari bekerja sama dalam membantu proses kreatifnya, hingga in the end semuanya berakhir dengan nuansa yang indah.

Adegan dengan makna yang mendalam di film ini menurutku:

Catatan Kaki:

https://www.cultura.id/fiksi-review

https://letterboxd.com/film/fiction-2008/

Review Film About a Woman (2014): Pertautan Janda dan Anak Muda

⭐⭐⭐

Sinopsis:

Seorang janda yang tinggal sendirian mengembangkan ikatan kasih sayang dengan pria muda yang disewa oleh anak-anaknya untuk membantunya di rumah dan menawarkan persahabatannya.

Review / Analisa:

Film dengan genre drama ini memberikan kesan yang cukup rumit setelah saya menontonnya. berkisah mengenai seorang Janda kesepian yang baru saja ditinggal pulang kampung oleh pembantunya.

Pada bagian awal film, kita disuguhkan oleh tema / subjek yakni kehilangan, membayangkan bahwasanya pembantu yang telah lama bekerja untuk kita, kemudian berkata ingin berhenti dan berbohong karena rasa tidak enak adalah hal yang cukup mengena.

Suasana rumah yang ditinggal oleh mendiang suaminya, kini menjadi semakin sepi. beliau mengerjakan rutinitas sehari-harinya dengan repetitif dan agak monoton seperti makan di meja makan, menonton tv, minum teh dan bermain puzzle. Saya jadi ingat oleh film Jeanne Dielman yang memiliki vibes cukup mirip dengan film ini.

Sang anak dari Janda tersebut rupanya memiliki concern kepada ibunya, lantas ia menyuruh agar sang ibu tinggal bersama, namun ia menolak karena berasalan nanti rumah ini siapa yang menempati / tidak terurus.

Entahlah, saya menonton film ini dan atmosfer yang saya rasakan adalah sepi dan sunyi, layaknya sang ibu yang berupaya terlihat tegar dan ada nuansa penyangkalan dalam dirinya.

situasi tersebut nampaknya tak berlangsung lama, karena berkat Bimo, sang suami dari anak perempuannya mempunyai seorang pemuda yang baru lulus SMA bernama Abi. Pada akhirnya Abi membantu Janda tersebut untuk mengurusi rumahnya.

berbicara mengenai aspek sinematografi di film ini, saya melihat pengambilan gambar-gambarnya cukup serasi dengan sudut pandang karakter di film ini.

Pertautan antara Oma dan Abi merupakan substansi daripada film ini. bagaimana kondisi eksistensial membuat sesuatu yang nampaknya mustahil menjadi realita.

Namun, menurut kacamata saya, kekurangan dari film ini adalah akting serta dialog-dialognya yang menurut saya agak kaku, terkadang sensasi canggungnya sangat terasa.

In the end, film ini sukses membuat saya speechless dan hasil akhirnya ditutup dengan dengan cemerlang oleh sang sutradara.

Catatan Kaki:

http://tiketbioskop.blogspot.com/2016/02/about-woman.html

https://www.themoviedb.org/movie/371536-about-a-woman

https://tirto.id/sinopsis-about-a-woman-di-netflix-cinta-janda-tua-dan-pemuda-f5aq

Review Film Maborosi (1995): Berdamai dengan Tragedi

⭐⭐⭐⭐

Agak susah untuk mengungkapkan bagaimana perasaan saya setelah menonton film ini, semacam perasaan hampa dan dingin.

Maborosi adalah film Jepang karya Hirokazu Koreeda, seorang sutradara yang namanya baru saya kenali sepanjang sejarah persinefilan.

Menurut beberapa artikel yang saya baca, gaya dan pakem filmnya terinspirasi oleh Yasujiro Ozu, yang setelah saya tonton memang ada nuansa kemiripan khususnya setting lanskap dan kesederhaannya.

Namun untuk karya-karyanya beliau, saya sempat melihatnya berseliweran diantara teman-teman sinefil, sebut saja Shoplifters, Nobody Knows, Little Sister dsbnya.

Maborosi menceritakan seorang perempuan bernama yumiko yang baru kehilangan suaminya akibat bunuh diri. tidak ada tanda-tanda mencurigakan sebelumnya, mereka berdua nampak riang dan bersemangat dalam menjalani hidup.

Perangai daripada suaminya pun terkesan baik-baik saja, tidak ada nuansa depresif yang hadir ketika melihatnya.

Namun, ada peristiwa yang cukup koheren menurutku sebelum itu, saat Yumiko menceritakan tentang penyesalan masa kecilnya yakni membiarkan Neneknya pulang sendirian, ternyata sang nenek tidak pernah kembali sejak itu. Yumiko dihantui oleh perasaan bersalah karenanya. Ia bertanya kepada sang suami namun sang suami mengatakan ” Aku bukan reinkarnasi Nenekmu “

Entah apa yang ada di dalam pikiran dan bagaimana kondisi mental suaminya Yumiko pada saat itu, secara pernikahan yang dapat dikatakan masih baru itu, kedua mempelai baru saja dikarunia seorang anak.

Film ini menitikberatkan pada tema kesedihan dan kehampaan. ketidakpastian hidup selalu dapat menghampiri siapa saja, bahkan dalam kondisi eksternal yang terlihat bahagia.

Sinematografi dalam film ini benar-benar indah dan cukup menakjubkan. kesederhanaan sebuah perkampungan jepang yang berada dekat laut dan terisolasi membuat semacam perasaan nyaman.

Pengambilan gambar-gambar pada setiap adegan dikemas begitu cemerlang oleh sang sutradara, yang berkesan menurut saya adalah ketika orang-orang tua beriringan di pinggir pantai, sungguh indah.

Catatan Kaki:

https://www.rogerebert.com/reviews/maborosi-1997

https://www.imdb.com/title/tt0113725/

https://letterboxd.com/film/maborosi/

https://tirto.id/keluarga-jepang-adalah-keluarga-pahit-menurut-hirokazu-kore-eda-dcf5

https://id.yourtripagent.com/hirokazu-koreeda-s-top-10-films-you-should-see-6047

Review Film Pickpocket (1959): Hasrat Mencopet Yang Tak Kunjung Padam

⭐⭐⭐⭐

Pickpocket adalah film Robert Bresson, seorang sutradara kenamaan di Prancis yang terkenal dengan film-film masterpiecenya seperti A Man Escaped, Au Hasard Balthazar, Diary of a Country Priest.

Film ini mengisahkan seorang pemuda prancis yang bernama Michel, yang memiliki kegemaran mencopet melalui sela-sela yang hadir di pakaian seseorang. Obsesi ini hadir bukan karena faktor kemiskinan, melainkan ada suatu proses filosofis dan fundamental didalamnya.

Diadaptasi dari sebuah karya sastrawan Rusia yang terkenal Fyodor Dostoyevsky dengan judul Kejahatan dan Hukuman ( Crime and Punishment )

Subjek daripada novel dan film ini hampir memiliki kesamaan, yakni tentang seorang laki-laki intelektual yang kesepian dan menciptakan fantasi kekuasaan dalam dunianya sendiri.

Perenungan akan moralitas serta pemberontakannya terhadap struktur ideal dunia cukup sering dilontarkan Michel, dalam adegan film Michel menurutku cukup absurdis karena sikap skeptisismenya terhadap dunia dan masyarakat.

Meskipun begitu, kepungan cahaya selalu datang menghapiri hidup Michel, ia bertemu dengan seorang gadis rupawan bernama Jeanne, tetangga ibunya Michel di flat.

Dalam film ini, dihadirkan proses redemption melalui durasi 115 menitnya dengan cukup apik oleh sang sutradara, pengisahan yang melalui monolog nya pun mengingatkanku akan film Bresson yang pertama kutonton yakni A Man Escaped.

Dengan memperhitungkan berbagai macam aspek seperti Sinematografinya yang memukau, skoringnya yang penuh dengan instrumen bermuatan sayu dan hasil akhirnya yang ditutup dengan agung, Pickpocket dapat dikatakan sukses secara holistik.

Catatan Kaki:

https://www.rogerebert.com/reviews/great-movie-pickpocket-1959

https://polishposter.com/4650-pickpocket-bresson-polish-movie-poster.html

https://letterboxd.com/film/pickpocket/

Review Film Creepy (2016): Psikopat dan Lingkungan Sosial

⭐⭐⭐⭐

Creepy (2016)

Sutradara : Kiyoshi Kurosawa

Genre : Mystery, Horror, Drama

Durasi : 130 Menit

Sinopsis Film : Imbas dari insiden yang menyebabkan bunuh dirinya seorang Psikopat berdarah dingin, Detektif Takakura mengundurkan diri dari pekerjaannya dan memulai hidup baru dengan menjadi Dosen Psikologi Kriminal di sebuah Universitas. Saat rekan kerjanya di kepolisian datang dengan sebuah kasus yang belum terpecahkan, hasrat Detektif Takakura kembali mencuat dan ingin mendalami kasus tersebut.

Ulasan :

Bercerita mengenai seorang detektif yang mengundurkan diri akibat kegagalannya dalam menghadapi suatu kasus, yang kemudian berganti profesi menjadi Dosen di sebuah perguruan tinggi. Film ini bergenrekan Misteri, Drama Thriller dengan durasi selama 130 menit.

Kita diajak untuk menyelami kehidupan Detektif tersebut yang pindah ke sebuah lingkungan baru dalam ihwal untuk memulai langkah yang segar.

Namun terkadang, Realita tak selalu berjalan mulus sesuai dengan ekspektasi kita. Takakura dan Istrinya Yasuko tidak disambut dengan baik oleh para tetangga disana, para tetangga mereka cenderung tertutup dan tak ingin bersosialiasi.

a. silaturahmi

Memasuki bagian pertengahan film, Takakura yang sedang mengajar di kampusnya mendapat kunjungan dari rekan detektifnya, Nogami. Nogami ingin menyampaikan sebuah pesan bahwa terdapat kasus misteri hilangnya 3 anggota keluarga yang belum terpecahkan dan menawarkan Takakura untuk mendalami kasus tersebut. Takakura yang awalnya enggan untuk menerima tawaran tersebut, berubah pikiran karena hasrat detektifnya masih terpendam.

b. Takakura dan Nogami

Beranjak ke pertengahan dan akhir film, Takakura dan Nogami kemudian melakukan investigasinya dalam mencari kebenaran atas kasus hilangnya sebuah anggota keluarga di wilayahnya mereka.

Ternyata, sifat dingin para tetangganya Takakura dengan kasus hilangnya 3 anggota keluarga tersebut memiliki pertautan / koherensi yang tidak disangka-sangka.

c. relasi

Kesimpulan : Creepy menyajikan suguhan thriller misteri drama yang cukup renyah dengan durasi 1 jam lebih 30 menitnya. dengan tema mengenai psikopat anti sosial yang diperkuat dengan tema alienasi, obat-obatan terlarang dan hasrat.

Film ini juga menjadi satir bagi kondisi pertetanggaan dunia modern yang cenderung tertutup.